Oleh Mirayuki Mardiana
Krisis energi merupakan masalah serius yang dialami seluruh negara. Kondisi ini kian meningkat di beberapa negara yang diambang resesi seiring berjalan nya waktu. Penyebab terjadinya krisis energi ialah terbatasnya pasokan energi fosil, minyak bumi, gas alam, batu bara dan sumber daya alam.
Dengan memperhitungkan rasio cadangan dan produksi energi, sumber daya minyak bumi dan gas alam Indonesia masing-masing diperkirakan hanya dapat dimanfaatkan 20 tahun dan 35 tahun lagi. Sementara, sumber daya batu bara diperkirakan masih dapat dieksploitasi hingga 62 tahun mendatang.
Saat ini pemasok energi di Indonesia yang sangat utama adalah peninggalan fosil, namun dampak yang diberikan cukup merusak , misalnya polusi. 30% Polusi tersebut didapat dari Jakarta untuk proses pembangkit energi listrik tenaga uap yang berbahan baku fosil. Saat ini para peneliti masih terus mencari sumber energi baru terbarukan (EBT) sebagai pengganti yang ideal.
Ada 8 jenis sumber EBT di Indonesia yang layak di kembangkan. Dari kontribusi terebut, 10% tenaga air merupakan yang terbanyak menyumbang energi nasional, diikuti panas bumi. Sedangkan yang lainnya bisa belum termanfaatkan dengan baik. Sementara 90% dari sumber energi kita masih mengandalkan energi utama, kita tidak bisa terus mengandalkan energi utama untuk memenuhi kehidupan karena pasokan nya yang kian terbatas.
Transisi energi menuju energi terbarukan tidak hanya membuat Indonesia menjadi lebih tangguh dalam menghadapi ancaman krisis energi, tetapi juga akan menurunkan emisi gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer. Hal ini dapat meminimalkan dampak negatif dari perubahan iklim serta menciptakan kualitas udara yang lebih baik.